Langsung ke konten utama

Aksara Jawa

Bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional Indonesia. Bahasa Jawa sendiri mengalami perkembangan, sehingga ejaanya pun perlu disesuaikan dengan perkembangan jaman, terutama dalam penulisan aksara Jawa yang makin tidak dikenal oleh Masyarakat.

Aksara Jawa sendiri terbagi menjadi beberapa bagian:

Aksara Jawa (Carakan)

Penggunaan aksara Carakan, masing-masing bisa berdialek suara A atau O dimana huruf-huruf tersebut tidak mendapatkan aksara tambahan (Nglegena). Sedangkan penggunaan pasangan aksara Carakan, penempatannya pada awal kata, bisa berdialek suara A atau O tanpa aksara tambahan, dengan dimana ada huruf mati di akhir kata sesudahnya pada sebuah kalimat.


Aksara Murda

Pada awalnya aksara Murda ini dikenal sebagai aksara Mahaprana, adapun aksara Mahaprana adalah aksara-aksara yang memiliki intonasi pengucapan lebih berat ketimbang aksara yang lain.
Penggunaan aksara Murda, dipakai untuk kata yang bermakna penghormatan (huruf kapital). Sedangkan penggunaan pasangan aksara Murda pada sebuah kalimat, cukup ditulis satu aksara setiap satu kata, serta dipilih yang berada di depan.


Aksara Swara

Aksara Swara pada awalnya (Jaman Mardi Kawi) berjumlah tujuh aksara dan dibagi menjadi dua bagian yang dibaca pendek dan Panjang. Pada perkembangannya aksara Swara menyusut menjadi lima buah dan tidak lagi dibedakan Panjang- pendeknya, adapun aksara Swara yang berlaku dan resmi digunakan pada ejaan sekarang antara lain :
Penggunaan Aksara Swara, penggunaan huruf vokal dan lain-lain dengan penempatnya pada awal kata yang dipakai untuk kata yang bermakna penghormatan (huruf kapital), serta kata serapan bahasa asing.

Aksara Sandhangan

Sandhangan dipakai sebagai pengubah bunyi didalam tulisan Jawa dengan penggunaan huruf vokal dan lain-lain pada suatu kata atau kalimat.


Aksara Wilangan (Angka)