Arena Sandiwara
Manusia sehari-hari tidak suka berlama-lama. Sebaliknya semua mengejar-ngejar apa yang ada dalam pikirannya. Tetapi pada saat yang sama tidak ada suatu apapun yang lebih menarik minatnya dari pada dirinya sendiri, terutama dalam kemungkinannya untuk menjadi sesuatu. dari situlah timbul kegemaran pada sandiwara pada kehidupan, dimana begitu banyak jalan hidup yang ditawarkan kepadanya. Disitulah setidak-tidaknya kita mengenali manusia tak sadar dan terus bergegas entah ke harapan mana.
Separuh hidup manusia dijalani secara tersirat dengan memalingkan muka atau membisu. Ia menyibakkan sihir dari pikiran yang terkungkung itu dan akhirnya gelora perasaan menyerang arena sandiwara. Demikianlah seseorang menyusun naskah-naskahnya untuk kemudian di pentaskan.

Seseorang memilih kemuliaan yang tak terhitung dengan mengorbankan diri. Dari kenyataan bahwa semua pasti mati pada suatu hari, dialah yang menarik kesimpulan yang paling baik. Ia memperkirakan bahwa karya-karyanya akan menjadi saksi dirinya dimasa lalu. Seseorang akan meninggalkan jejak dan sesuatu dari dirinya. Tidak di kenal bahwa berasal darinya adalah tidak bermain, dan tidak bermain adalah mati dengan semua peran yang di perankannya. Hal ini mengenai arena sandiwara yang besar, tentunya arena sandiwara memberikan kepada seseorang kesempatan untuk megisi jalan kehidupan yang sepenuhnya.
Hanya khayalan saja untuk merasakan apa arti jalan hidup seseorang. Dalam waktulah ia menyusun naskah-naskah dan memerankan tokoh-tokohnya satu demi satu dan ia belajar untuk menguasainya. Semakin banyak ia menjalani hidup yang berbeda-beda, semakin baiklah ia berpisah dengan kehidupan tersebut. Tibalah waktunya saat ia harus mati terhadap sandiwara dan terhadap dunia.
Seseorang berjaya dalam suatu lingkungan yang fana. Dari segala kemuliaan, kita tahu bahwa kemuliaan seseorang adalah yang paling fana. Hal itu dikatakan orang-orang setidak-tidaknya dalam obrolan. Bila direnungkan baik-baik gagasan itu menyusutkan hiruk-pikuk kita menjadi keagungan yang dalam yang terdapat dalam sikap seimbang. Terutama membimbing kegiatan pikiran kita ke arah yang pasti, yaitu ke arah lingkup pengalaman langsung. Dari semua kemuliaan, yang paling tidak menipu adalah kemuliaan yang di hayati.
Penutup
Itulah kontradiksi ketidak jelasan kehidupan seseorang yang ingin mencapai semuanya, oleh sebab itulah usaha tersebut sia-sia karena sikap keras kepala yang tak karuan arahnya itu. Meskipun demikian yang disangkalnya selalu menyatu dalam dirinya. Ia berada di tempat dimana tubuh dan jiwa menyatu dan berpadu, yang kedua, karena bosan dengan kegagalan-kegagalannya maka berpaling kepada kebiasaan yang dijalaninya.
Referensi:
Mite Sisifus Pergaulan dengan Absurditas